Jaringan 5G di Indonesia: Mana Kota Paling Siap?

Tahukah kamu? Jaringan 5G sudah mulai digelar di Indonesia sejak 2021 sebagai tulang punggung transformasi digital nasional — mulai dari smart city hingga industri 4.0. Dengan kecepatan unduh hingga 500 Mbps dan latensi di bawah 10 ms, 5G membuka pintu bagi aplikasi berat seperti cloud gaming, augmented reality, dan kendali robotik secara real-time. Namun, tidak semua kota mendapatkan layanan 5G dengan kualitas dan cakupan yang sama. Mari kita ulik lebih dalam faktor-faktor penentu kesiapan 5G di berbagai kota besar di tanah air.
Faktor Penilaian Kesiapan 5G
Dalam menilai kota-kota paling siap untuk 5G, kami menggunakan tiga indikator utama:
1. Infrastruktur BTS 5G
Jumlah dan distribusi BTS (Base Transceiver Station) 5G mencerminkan seberapa luas layanan dapat dinikmati masyarakat. Hingga Mei 2025, Telkomsel telah mengoperasikan sekitar 2.500 BTS 5G di seluruh Indonesia, mencakup lebih dari 56 kota dan kabupaten. Sebelumnya, operator ini juga melaporkan 2.250 BTS 5G yang aktif hingga Maret 2025, menunjukkan laju ekspansi masif sejak awal tahun.
XL Axiata, meski belum merinci jumlah BTS 5G, menyatakan jaringan terintegrasi 3G/4G/5G-nya sudah mencakup lebih dari 460 kota di Indonesia, sebagai indikasi bahwa 5G akan diprioritaskan di banyak wilayah perkotaan dalam waktu dekat.
Indosat Ooredoo Hutchison melaporkan layanan 5G-komersialnya sudah menjangkau delapan kota besar: Jakarta, Solo, Karawang, Bandar Lampung, Surabaya, Balikpapan, Makassar, dan Bali — fokus utamanya pada solusi enterprise dan smart city seperti monitoring kualitas udara dan manajemen lalu lintas pintar.
2. Penetrasi Perangkat 5G
Tidak hanya infrastruktur, ketersediaan perangkat 5G di tangan konsumen sama pentingnya. Di kawasan Jabodetabek, penetrasi handset 5G telah mencapai lebih dari 30% pada Maret 2025, dengan rata-rata konsumsi data 30 GB per pengguna per bulan — menandakan kesiapan ekosistem pengguna untuk migrasi ke 5G — termasuk streaming dan gaming online tanpa hambatan.
Surabaya mencatat penetrasi perangkat 5G sebesar lebih dari 25%, dengan konsumsi data rata-rata 22 GB per pengguna per bulan pada periode yang sama, menempatkan kota ini sebagai pusat adopsi cepat teknologi baru di Jawa Timur.
3. Ekosistem Digital dan Inisiatif Smart City
Jaringan 5G sesungguhnya menjadi fondasi ekosistem smart city. Di Jakarta, Telkomsel menggandeng startup lokal untuk menerapkan smart traffic management berbasis kamera 4K dan AI, yang dapat mengurangi kemacetan dan kecelakaan secara real-time.
Yogyakarta memanfaatkan 5G untuk virtual tourism: tur VR Candi Prambanan dengan pengalaman bebas buffering, menarik minat wisatawan sebelum mereka tiba di lokasi fisik — membuka peluang baru di sektor pariwisata digital.
Makassar, bersama Indosat, menjalankan proyek telemedicine dan smart agribisnis, termasuk drone pemantau kondisi lahan yang mengirim data waktu-nyata ke cloud untuk optimasi irigasi dan pemupukan di Sulawesi Selatan.
Bandung juga tidak ketinggalan: komunitas developer IoT setempat menguji aplikasi smart parking dan monitoring kualitas air menggunakan 5G, memanfaatkan latensi rendah untuk transmisi data cepat antar sensor dan server.
Lima Kota Teratas Siap 5G
Berdasarkan perbandingan faktor-faktor di atas, berikut kota-kota yang menempati urutan teratas:
Jakarta & Jabodetabek
- 2.250 BTS 5G aktif di wilayah Jabodetabek per Maret 2025.
- Penetrasi perangkat >30% dengan rata-rata konsumsi 30 GB/bulan.
- Inisiatif smart traffic management dan e-government berbasis 5G aktif di pusat kota.
Surabaya
- Penambahan 50 BTS 5G baru menjelang Ramadan 2025, total >200 BTS di area strategis (bandara, CBD, kampus).
- Penetrasi perangkat >25%, konsumsi data 22 GB/bulan per pengguna.
- Pilot project smart port dan telemedicine.
Bandung
- Jaringan XL Axiata 5G telah menyapa Kota Kembang sejak 2021, didukung komunitas IoT aktif.
- Proyek smart parking dan monitoring kualitas air menjadi contoh ekosistem digital 5G lokal.
Yogyakarta
- Layanan 5G oleh XL Axiata dan Indosat hadir sejak Agustus 2021.
- Virtual tourism VR Candi dan platform edukasi jarak jauh memanfaatkan latensi rendah.
Makassar
- Indosat aktifkan 5G untuk telemedicine dan agribisnis pintar di Sulawesi Selatan — drone monitoring lahan dan layanan konsultasi jarak jauh.
Kelebihan Jaringan 5G
- Kecepatan Ultra-Tinggi: Hingga 500 Mbps, memungkinkan streaming 4K/8K dan game cloud mulus — 5× lebih kencang dari 4G rata-rata.
- Latensi Super-Rendah: <10 ms, krusial untuk aplikasi real-time seperti telemedicine dan kendaraan otonom.
- Kapasitas Besar: Mendukung hingga 1 juta perangkat per km², cocok untuk IoT dan smart city skala besar.
- Efisiensi Energi: Teknologi MIMO dan beamforming menurunkan konsumsi daya pada BTS, sekaligus meningkatkan jangkauan.
Kekurangan dan Tantangan 5G
- Cakupan Terbatas: Fokus pada kota besar; desa dan pulau terluar masih minim akses, memicu kesenjangan digital.
- Harga Perangkat Tinggi: Smartphone 5G umumnya premium, menyulitkan adopsi massal di segmen menengah ke bawah.
- Backhaul Fiber Intensif: BTS 5G memerlukan fiber optic berkapasitas tinggi—investasi mahal bagi operator dan pemerintah daerah.
- Penghalang Frekuensi Tinggi: MMWave terhambat dinding dan cuaca, menuntut densifikasi BTS (1 BTS per 0,016 km²) jauh lebih banyak dibanding 4G.
Kesimpulan
Secara umum, Jakarta dan Jabodetabek menjadi yang terdepan dalam kesiapan 5G, diikuti Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan Makassar. Kecepatan tinggi, latensi rendah, dan kapasitas besar membuka peluang besar untuk smart city, industri kreatif, hingga layanan publik. Namun, tantangan cakupan terbatas, harga perangkat, dan kebutuhan backhaul fiber masih perlu diatasi bersama—operator, pemerintah, dan ekosistem startup harus bersinergi. Dengan momentum ekspansi dan inovasi yang terus berlanjut, jaringan 5G berpotensi mempercepat transformasi digital Indonesia secara merata di tahun-tahun mendatang. Semoga artikel ini memberi kamu wawasan lengkap untuk memahami di mana dan bagaimana 5G sedang tumbuh di negeri kita!